Jumat, 20 Mei 2011

Laporan Pendahuluan Asfiksia Neonaturum

Mungkin ga terlalu lengkap, tapi lumayan untuk menambah referensi. Ini laporan pendahuluanq saat persiapan praktik kegawatdaruratan di salah satu rumah sakit daerah


ASFIKSIA NEONATORUM

A.    PENGERTIAN
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. 

B.     PENYEBAB
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
1. Faktor ibu
·         Preeklampsia dan eklampsia
·         Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
·         Partus lama atau partus macet
·         Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
·         Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
·         Lilitan tali pusat
·         Tali pusat pendek
·         Simpul tali pusat
·         Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
·         Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
·         Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
·         Kelainan bawaan (kongenital)
·         Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.

C.    PATOFISIOLOGI
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan asam dan basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yamh tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.

D.    TANDA DAN GEJALA
·         Apnu primer : Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus neuromuscular menurun
·         Apnu sekunder : Apabila asfiksia berlanjut , bagi menunjukan pernafasan megap–megap yang dalam, denyut jantung terus menerus, bayi terlihat lemah (pasif), pernafasan makin lama makin lemah.

E.     DERAJAT ASFIKSIA
·         Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3 )
·         Asfiksia sedang ( nilai APGAR 4-6 )
·         Asfiksia normal ( nilai APGAR 7-10)

F.     PENATALAKSANAAN MEDIS
1.      Penatalaksanaan awal asfiksia
a.       Cegah pelepasan panas yang berlebihan, keringkan ( hangatkan ) dengan menyelimuti seluruh tubuhnya terutama bagian kepala dengan handuk yang kering
b.      Bebaskan jalan nafas : atur posisi, isap lendir. Bersihkan jalan nafas bayi dengan hati-hat idan pastikan bahwa jalan nafas bayi bebas dari hal-hal yang dapat menghalangi masuknya udara kedalam paru-paru.
Hal ini dapat dilakukan dengan:
·         Ekstensi kepaladan lehert sedikit lebih brendah dari tubuh bayi
·         Hisap lendir, cairan pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan nafas bersih dari cairan ketuban, mekonium/ lendir dan menggunakan penghisap lendir Delee
c.       Rangsangan taktil, bila mengeringkan tubuh bayi dan penghisapan lendir/ cairan ketuban dari mulut dan hidung yang dasarnyan merupakan tindakan rangsangan belum cukup untuk menimbulkan pernafasan yang adekuat pada bayi lahir dengan penyulit, maka diperlukan rangsangan taktil tambahan. Selama melakukan rangsangan taktil, hendaknya jalan nafas sudah dipastikan bersih. Walaupun prosedur ini cukup sederhana tetapi perlu dilakukan dengan cara yang betul. Ada 2 cara yang memadai dan cukup aman untuk memberikan rangsangan taktil, yaitu:
·         Menepukan atau menyentil telapak kaki dan menggosok punggung bayi. Cara ini sering kali menimbulkan pernafasan pada bayi yang mengalami depresi pernafasan yang ringan
·         Cara lain yang cukup aman adalah melakukan penggosokan pada punggung bayi secara cepat, mengusap atau mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi juga merupakan rangsangan taktil tetapi rangsangan yang ditimbulkan lebih ringan dari menepuk, menyentil, atau menggosok. Prosedur ini tidak dapat dilakukan pada bayi yang appnoe, hanya dilakukan pada bayi yang telah berusaha bernafas. Elusan pada tubuh bayi, dapat membantu untuk meningkatkan frekuensi dari dalamnya pernafasan.
2.      Prinsip dasar resusitasi
Membersihkan dan menciptakan lingkungan yang baik bagi bayi serta mengusahakan saluran pernafasan tetap bebas serta merangsang timbulnya pernafasan, yaitu agar oksigenisasi dan pengeluaran CO2 berjalan lancar.
Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang menunjukan usaha pernafasan lemah. Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi
Manjaga agar sirkulasi darah tetap baik
3.      Tindakan
a.       Pengawasan suhu tubuh
b.      Pembersihan jalan nafas
c.       Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan
d.      Therapi cairan pada bayi baru lahir dengan asfiksia



G.    ASUHAN KEBIDANAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA “        ” UMUR ____
________________________________________

DATA SUBJEKTIF (28 Februari 2011, Pukul : 10.00 WIB)
  1. Identitas Bayi dan Orang Tua
  2. Keluhan Utama :Bayi Ny. P lahir spontan pervaginam, letak sungsang dengan asfiksia sedang
  3. Riwayat kehamilan
Merupakan kehamilan pertama.
  1. Riwayat Persalinan 
Persalinan ditolong oleh : bidan
Jenis persalinan : Spontan pervaginam
Tempat persalinan : Rumah Bersalin
Lama persalinan : Kala I : 8 jam, Kala II : 20 menit , Kala III : 15 menit
Masalah yang terjadi selama persalinan : tidak ada 
Keadaan air ketuban : Jernih 
Keadaan umum BBL : Kelahiran tunggal 
Usia kehamilan saat melahirkan + 40 minggu

DATA OBJEKTIF
Bayi kesulitan dalam bernafas, suhu tubuh 36oC, APGAR score 4-6, BB + 3000 gr, PB = 50 cm, frekuensi jantung = 100 x / menit, ekstremitas biru.

ASSESMENT
Bayi segera setelah lahir spt B neonatus aterm dengan Asfiksia ringan
Resiko Asfiksia Berat
Resiko Hipotermi

PLANNING
1.   Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga dan lakukan inform consent
2.   Kolaborasi dengan dokter Sp.A
3.   Keringkan bayi
4.   Bebaskan jalan nafas
5.   Berikan rangsangan taktil
6.   Lakukan Penilaian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar