Selasa, 16 November 2010

Bayi Baru Lahir

Dalam upaya menurunkan AKB, selain tindakan asuhan persalinan yang tepat dan benar, juga tidak kalah pentingnya adalah asuhan bayi baru lahir yang tepat dan benar juga. Menurut data Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, penyebab kematian neonatal (bayi sampai usia 28 hari) paling tinggi adalah karena bayi berat lahir rendah (BBLR, didefinisikan sebagai bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram), yaitu sebesar 29 persen. Disusul penyebab urutan kedua karena asfiksia pada bayi baru lahir (asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir yang gagal atau tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur), sebesar 27 persen. 
Konsep-konsep esensial bayi baru lahir:
  1. Pada periode pascapartum, bayi baru lahir mengalami perubahan biofisiologis dan perilaku yang kompleks akibat transisi ke kehidupan ekstrauterin.
  2. Asuhan kebidanan BBL didasarkan pada pengetahuan tentang perubahan-perubahan biofisiologis ini dan pengaruh bayi pada unit keluarga.
  3. Beberapa jam pertama setelah lahir menampilkan suatu periode penyesuaian kritis bagi BBL pada sebagian besar lingkungan, penolong persalinan memberikan asuhan langsung kepada bayi segera setelah lahir.
  4. Setelah periode transisi, penolong persalinan terus mengevaluasi BBL dengan interval yang periodik dan menyesuaikan rencana asuhan kebidanan sesuai dengan hasil temuan terbaru.
  5. Penolong persalinan harus terampil menyeimbangkan kebutuhan keluarga akan privasi dengan kebutuhan memantau transisi bayi ke kehidupan ekstrauterin

I.       PERUBAHAN SISTEM PERNAFASAN

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx, yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini terus berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun sampai jumlah bronkiolus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya bukti gerakan napas sepanjang trimester kedua dan ketiga (Varney’s, halaman 551). Ketidakmatangan paru-paru terutama akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi baru lahir sebelum usia kehamilan 24 minggu, yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan system kapiler paru-paru dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan.
 Ada dua faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi, yaitu:
1.    Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernapasan di otak.
2.    Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan. Jadi system-sistem harus berfungsi secara normal. Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1.      Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2.      Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-34 minggu kehamilan. Surfaktan ini mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan Tanpa surfaktan, alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernapasan, yang menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan kebutuhan energi ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stress pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu. Dari cairan menuju udara Bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru-parunya.
Pada saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan melalui seksio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada ini dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Semua alveolus paru-paru akan berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu.
 Fungsi sistem pernapasan dalam kaitanya dengan fungsi kardiovaskuler oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokonstriksi. Pengerutan pembuluh ini berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigenasi jaringan, yang akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

II.    PEMELIHARAAN PERNAFASAN

            Untuk bisa bertahan hidup, bayi mengalami perubahan-perubahan fisiologis dalam tubuhnya salah satunya yaitu system pernafasan. Faktor-faktor yang berpengaruh pada rangsangan pertama nafas bayi yaitu:
a)      Penurunan tekanan O2 dan peningkatan tekanan CO2 yang merangsang kemoreseptor di sinus karotis
b)      Tekanan terhadap rongga dada sewaktu melewati jalan lahir
c)      Rangsangan dingin di daerah muka
d)     Reflek deflaksi hering breur
Pernafasan BBL pada jam pertama rata-rata 40x/menit abdominal, pernafasan tidak teratur disertai periode apneu singkat tapi tidak menimbulkan perubahan warna kulit. Untuk menjaga pernafasan bayi tetapi stabil dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut :
a)      Mengeringkan dan membungkus bayi
b)      Menghisap lendir sesuai kondisi bayi
c)      Memotong dan mengikat tali pusat
d)     Nilai APGAR pada 1 dan 5 menit pertama setelah BBL
e)      Observasi KU bayi
f)       Kontak kulit dini dengan ibu dan beri IMD untuk mendukung laktasi
Apabila pada saat BBL ada gangguan system pernafasan dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a)      Membebaskan jalan nafas bayi dengan cara menghisap lendir disekitar mulut dan hidung bayi
b)      Nilai APGAR 1 dan 5 menit pertama setelah BBL
c)      Atur posisi bayi dengan kepala agak ekstensi
d)     Observasi keadaan umum bayi
Setiap bidan/ penolong persalinan seyogyanya senantiasa siap siaga untuk memberikan tatalaksana bayi dengan asfiksia. Tidak setiap kasus asfiksia dapat diramalkan sebelum bayi lahir, mengingat 90 persen penyulit terjadi pada saat persalinan. Di dalam benak setiap penolong persalinan harus sudah ada empat pertanyaan yang menunjukkan risiko bayi yang membutuhkan resusitasi (upaya pemulihan/pertolongan kegawatdaruratan sistem pernafasan dan sistem peredaran darah), yaitu:
a)      Apakah bayi lahir cukup bulan?
b)      Apakah cairan ketuban jernih?
c)      Apakah bayi lahir bernapas atau menangis?
d)     Apakah tonus otot bayi baik? 
Jika salah satu dari empat  pertanyaan di atas dijawab tidak, maka bayi memerlukan tindakan resusitasi, yang tentunya hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan yang memadai. Tatalaksana resusitasi pada kasus di atas dapat berupa:
a)      memberikan kehangatan pada bayi untuk mencegah hipotermia (suhu tubuh di bawah normal)
b)      membuka jalan napas dengan memposisikan kepala bayi setengah tengadah dan membersihkan jalan napas
c)      pemberian oksigen
d)     memberikan napas buatan dengan alat
e)      kompresi dada (pijat jantung)
f)       pemberian obat-obatan langsung ke pembuluh darah bayi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar